Hey, taukah kamu, waktu yg terus merangkak, meninggalkanku dalam ketidak berdayaan, disaat aku harus kehilangan kasih & sayang, yg selama ini warnai hidupku? Memang, kamu tidak akan mau tau tentang itu. Tapi aku merasa, hidup bersamamu itu sangat sempurna. Kesedihan saja seakan enggan menghampiri hidupku. Ada sentuhan makna baru yang aku rasakan. Beberapa detik aku terdiam, berpikir tentangmu rasanya sberdayaan, disaat aku harus kehilangan kasih & sayang, yg selama ini warnai hidupku? Memang, kamu tidak akan mau tau tentang itu. Tapi aku merasa, hidup bersama
mu itu sangat sempurna. Kesedihan saja seakan enggan menghampiri hidupku. Ada sentuhan makna baru yang aku rasakan. Beberapa detik aku terdiam, berpikir tentangmu rasanya sedikit memalu sendi perasaanku.
Hey, Sadarkah kamu, ini adalah fase ke sekian dalam hidupmu dan hidupku di mana kita menjadi saksi bagi satu sama lain? Fase dari apa yang kamu lewatkan dari aku, atau aku dari kamu? Jika aku membatin, tentang kamu yang selalu aku sayangi dan kuharap untuk terus bahagia, dan aku merasa luar biasa untuk bisa memetik makna dari tiap detak detik yang kulewati dengan mengenalmu.
Hey, pernakah kamu membatin tentang sakit jiwaku? Yang tanpa kamu sadar, kamulah penyebab sakit jiwaku. Aku khawatir tentang jejak kakiku yang mungkin hanya tinggal bayangan dihidupmu. Dan, jika suatu nanti, kamu minta aku untuk lupa sama kamu, maaf, karena aku tidak menyanggupi untuk mengadakannya untukmu, kali ini.
Aku hanya ingin menyadarkanmu lewat semua tulisanku, bahwa waktu bukanlah SELEBRASI. Dan aku meyakini, aku selalu yakin tentang hadirnya makna baru dari tiap waktu aku bertatap muka denganmu. Mungkinkah di waktu nanti kita masih bisa memetik makna itu lagi? Tapi rasanya mustahil, bukan? Ya, memang mustahil. Bahkan sangat mustahil bagimu yang bahkan tak berkemauan mengenalku.
mu itu sangat sempurna. Kesedihan saja seakan enggan menghampiri hidupku. Ada sentuhan makna baru yang aku rasakan. Beberapa detik aku terdiam, berpikir tentangmu rasanya sedikit memalu sendi perasaanku.
Hey, Sadarkah kamu, ini adalah fase ke sekian dalam hidupmu dan hidupku di mana kita menjadi saksi bagi satu sama lain? Fase dari apa yang kamu lewatkan dari aku, atau aku dari kamu? Jika aku membatin, tentang kamu yang selalu aku sayangi dan kuharap untuk terus bahagia, dan aku merasa luar biasa untuk bisa memetik makna dari tiap detak detik yang kulewati dengan mengenalmu.
Hey, pernakah kamu membatin tentang sakit jiwaku? Yang tanpa kamu sadar, kamulah penyebab sakit jiwaku. Aku khawatir tentang jejak kakiku yang mungkin hanya tinggal bayangan dihidupmu. Dan, jika suatu nanti, kamu minta aku untuk lupa sama kamu, maaf, karena aku tidak menyanggupi untuk mengadakannya untukmu, kali ini.
Aku hanya ingin menyadarkanmu lewat semua tulisanku, bahwa waktu bukanlah SELEBRASI. Dan aku meyakini, aku selalu yakin tentang hadirnya makna baru dari tiap waktu aku bertatap muka denganmu. Mungkinkah di waktu nanti kita masih bisa memetik makna itu lagi? Tapi rasanya mustahil, bukan? Ya, memang mustahil. Bahkan sangat mustahil bagimu yang bahkan tak berkemauan mengenalku.
Jika aku dipercayakan banyak tantangan, itu karna aku diciptakan lebih kuat dari tantanganku. Tetapi tidak untuk tantangan ini. Tantangan untuk berhadapan muka denganmu dan berkata, 'Hey, Sadarkah Kamu? Kamu Berharga di Hidupku!'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar